Aku adalah seoarang gadis yang sedang beranjak dewasa dan
sedang mencari jati diri. Aku tidak rupawan dan tidak semenarik gadis-gadis
seumuranku, aku juga tidak semenyenangkan kebanyakan orang, aku lebih memilih
menjadi diriku yang cuek dan terkesan blakblakkan.
Hidupku tidak semenarik seperti dunia dongeng, yang selalu
berakhir dengan happy ending. Aku memiliki kehidupan yang complicated. Aku bukan tipe orang gampang mempercayai
seseorang, bahkan orang yang lama telah kukenal. Hidupku ruwet.
Aku selalu mengawali hariku dengan telepon genggam yang
kumiliki. Seperti biasanya, sudah menjadi kebiasaanku membuka layanan chatting
lalu mencari namamu di daftar chatku. “Selamat pagi, sayang.. semoga harimu
menyenangkan.. I love you”.
Aku masih bersyukur aku memiliki orang yang sangat
mencintaiku dan membuat aku berharga. Mungkin bisa dibilang dialah yang membuat
aku bersemangat menjalani kehidupan ini.
Aku selalu berfikir, kehidupanku tidak seberuntung orang
lain seumuranku yang sedang senang-senangnya bersama keluarga dan teman yang
selalu menghibur, tapi saya hanya mempunyai dia. Dia itu satu, satu untukku,
satu yang selalu membuat memamerkan lengkungan ujung bibirku.
Kadang-kadang aku bisa merasa berharga, tapi disisi lailn
aku sering merasa tidak dipedulikan dengan keadaan. Aku sekrang lebih memilih
untuk diam dengan keadaan yang ada dipundakku. Diam dengan tanpa berkelakuan
berlebihan dan mengomentari secara blakblakkan. Saya sedang diam dengan keadaan.
Seandainya waktu bisa diputar kembali aku ingin mengulang
disaat pertama kali kita bertemu, entah akan berjalan seperti apa, aku ingin
memperbaiki keadaan lagi, tapi akan berbeda jika sudah seperti ini. Pandangan
pertama—ada titik pandangan yang akan terus-menerus yang akan diingat seseorang
dan aku memberikanmu kesan tidak baikku. Sedih, pasti iya.
Entah apa yang membuatku sangat mencintaimu dengan begitu
rupa, entah apa aku begitu berani mencintaimu, entah apa yang menguatkanku
untuk berjuang mencintaimu. Aku mencintai dengan berani, aku mencintai dengan
perjuanganku, aku mencintaimu.
Segala apa yang kau berikan padaku, perlakuan apa yang kau
berikan padaku, aku menerimanya, lebih tepatnya mencoba menerima.
Bukankah, orang yang saling mencintai dan saling berjuang itu dapat bersatu? Aku mencintaimu, aku memperjuangkanm, bagaimana denganmu?
Aku terlalu lamban untuk berfikir secara logika, aku selalu berfikir memakai hati bila denganmu. Entah itu bodoh kelihatannya, tapi aku harus berjuang. Jangan sia-siakan perjuangan fisik dan batin ini ya, Sayang..
Disaat aku termenung, ntah mengapa aku selalu teringat olehmu, betapa kau baik dan setia untukku, betapa kamu ngerti aku, betapa kamu perhatian, betapa--betapa apapun yang aku rindukan, aku rindu dengan kamu yang dulu, aku rindu kamu yang tidak tempramen--yang lembut dengan aku, aku rindu dengan selalu sabar dengan aku yang super bawel dan super super suka marah-marah, aku rindu kamu selalu dengar apa mauku, apa yang aku rasain? Lalu kini apa? Cobaan..
Dan biarlah waktu dan perjuangan ini yang menjawab semuanya..